Tokoh sentral dalam novel Badrun sang pemberontak, yang menjalani hidup ditengah kekacauan, akan kah Badrun berhenti mencopet ataukah Ia tetap mencopet, berhenti berarti......??????!!!!!!
Kamis, 29 Juli 2010
BADRUN
KONFLIK NILAI
Priiittt, priwitan Polisi memulai pagi, asap knalpot mengeluarkan asap hitam pekat penuh polusi, udara pagi menjadi kotor dan bau ditambah sumpah serapah orang-orang yang sakit jiwa lantaran digilas zaman dan dihisap darahnya oleh kedzoliman penguasa. Pagi yang semrawut, matahari bergerak semakin tinggi, semakin cepat pula jam berdetak meninggalkan keterlambatan bagi kaum–kaum yang enggan dan menolak kehidupan yang seperti ini, menolak tunduk terhadap kekuasaan asap knalpot yang mengotori udara pagi, menolak dan melawan serta menantang zaman berdarah yang menghisap darah-darah saudaranya dihisap dan dibinatangkan ,tragedy ironi bagi kaum pembangkang, dunia Kapitalis, mereka Kaum pembrontak revolusioner menyebut kaum licik dan sesat kapitalis yang mengatur hidup jutaan bahkan milyaran manusia didunia.
Tragedi dipagi hari ini berulang hingga umurku menginjak 25 tahun. DERUMAN SUARA MOBIL, hembusan knalpot, sumpah serapah pejalan kaki yang dihidangkan asap polusi, kebisingan kota membangunkan Badrun, mataharipun ikut membelah matanya yang tertidur pulas ditaman Kota, “Bangun Gembel, tidak ada yang gratis dikota maling seperti ini”, bangun cepat…dan gembel Tua itupun berlalu tanpa menyiratkan kegelisahan dan semangat bertahan hidup yang tidak layak, tatapan matanya liar, tajam menusuk setiap orang yang memandangnya, bajunya kumal, perawakannya kurus, namun tampak terlihat kuat, rambut gondrong tak terurus dan ditumbuhi uban, tanda umurnya telah senja, Badrun masih mengerang, terasa malas dan lambat…dari kejauhan terdengar “ Cepat bangun gembel” !!!...cepatlah para maling sudah bergerak dari pagi tadi…nanti kau tak kebagian tempat…dasar bocah gembel”, pahit hidup mu Nak…!!!!, Badrun menjawab dengan suara lantang, “ Hei…kakek tua brengsek, jangan berisik, disini, selalu ada tempat bagi para Maling,” Badrun merasa terganggu, dengan kebawelan kakek tua itu, dia bangun dan duduk, memandang sekelilingnya, Badrun tersentak kaget, melihat orang yang berlari cepat, sedang diburu petugas. Heee…Menarik nafas panjang, gue pikir apa kali tadi, maling ngejar maling, sapaan pagi khas kota Jakarta.
Pak polisi sedang mengatur lalu lintas jalan, asap knalpot bus, aktifitas masyarakat kota Jakarta, gedung-gedung tinggi nan megah, mobil mewah dan bus Trans Jakarta melintas dengan segala kebisingannya, Badrun berjalan sambil menuntun nenek yang hendak menyebrang dikepadatan kota, matanya tajam mengawasi setiap langkah orang. Badrun menyelinap diantara keramainan orang, didalam Bis, DiTrotoar, diHalte bis, Di Terminal tangannya lihai menempel dari satu celana ke tas dan celana kembali. Siang bergerak, menghampiri malam, Jakarta kembali bersolek, gemerlap lampu menawarkan eksotisme pada siapa saja, aktifitasnya pun tak kalah sibuk dengan siang tadi, suara bising kafe-kafe, discotique, Jakarta Malam hari membungkam nyanyian binatang malam hari, yang habitanya pun digusur, Binatang Malam berkeliaran, langkah para pejala kaki, hentakan keras irama kota membuat tarian Metropolis dengan sang Maestro Kreografer kemegahan Jakarta. Sudah seminggu ini kakek yang bawel tak bersamaku dikala ku tidur tidak kelihatan, beberapa kali sudah kutanyakan kawan-kawanku, tak satupun dari mereka yang melihatnya, Aku kesepian, tak ada kakek bawel itu lagi disampingku, yang membangunkanku kala matahari mulai mengtintip kondominiumku, Ya’…Kondominium Sebuah bangku Taman yang beratapkan langit, dan bertaburan Bintang…dan bocor dikala Hujan, Kenapa Aku memikirkan sikakek bawel itu ?... yang setiap pagi mengumpatku dengan ocehan baunya “ bangun Gembel, tak ada yang gratis dikota maling ini “, walaupun demikian Aku tak pernah marah kepadanya, Ya’ sosok Kakek Tua dan Gembel, untuk beberapa hari tak ada bersamaku, entah pergi kemana Ia….dimakan anjing hitam dipos Jaga, atau dimakan Cacing-cacing tanah yang rakus…heehh, tak ada kuburan bagimu gembel tua, jika kau mati sekarang heehh….tunggu Aku dulu, sampai Aku Kaya,..akan kutaburi pemakaman kau dengan emas dan berlian, kubuat para maling-maling itu menjadi pesuruhmu,…heii…Pak Tua….Gembelll tuaaa Brengsek…...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar