Selasa, 24 Agustus 2010

Bengkelwarna

King Safir

Pendekar

Tiga Jawara TROKTOK

CATATAN SEORANG KAWAN

CATATAN SEORANG KAWAN
Ehhh goblok, jangan di situ “ perlahan ku menggerakan kaki. Ke arah yang lebih aman”, kampret juga nih orang memebentak ku dengan sebutan goblok, fikir ku siapa orang ini. “ Iya bang ”, ke tabrak kereta mampus luh. Tak lama berselang kereta pun tiba, dengan membawa ribuan penumpang Jakarta Bogor, kendaraan yang manusiawi, ledekan seorang kawan kepadaku ketika itu. Kereta Jabodetabek, kendaraan masal yang penuh sesak, di sana banyak ku temui keraguan dan kepastian tentang segala hal, hilir mudik nya para pedagang dan penumpang menjadi saru, kucing-kucingan para penumpang yang tak memiliki karcis pun sering ku lihat di kereta ini. Pengamen, copet, banyak sekali rupa para manusia yang mencari makan. Memang nasib atau barangkali republik ini tak mampu lagi menyediakan kendaraan masal yang nyaman, sekalipun ada harus merogoh kantong tebal. “ Fuih, sambil menyeka keringat ku, tetap ku nikmati perjalan Ke Bogor, penuh, sesak, bau bercampur aroma ketek para penumpang yang memuakan hidung ku, selalu ku tutupi dengan baju. Barangkali sama hal nya orang-orang pun juga mencibir ku, “ ini orang keteknya bau juga, tapi ku yakini saja pada diriku bahwa aku tak lupa memakai deodorant saat ku berangkat tadi ”. Baju merah kesukaan ku yang selalu ku kenakan saat berpergian jauh menjadi ciri identitas ku, karna dengan baju itu, ku selalu pede.
Kereta berhenti di stasiun depok Universita Indonesia, sebagain mahasiswa dan copet juga mulai turun dari kereta. Mataku melirik kearah samping kiri deket pintu kereta yang terbuka, pintu kereta yang selalu terbuka, karna di ganjel batu, sehingga terbuka lebar, seorang nenek tua yang sedang meminta-minta dan seorang gadis cantik tepat berada di dekat nya. Pemandangan yang kontras nenek gembel, tua, jelek dan peminta-minta serta wanita cantik muda dan penuh pesona, tampak dari gaya berpakaian nya seperti mahasiwa. Wuiih mantap benar ini cewek, sesekali ku lirik nenek tua peminta tadi jadi Blur mata ku pemandangan yang kurang mengasik kan, namun hati ku terenyuh, nenek tua, nampak terlihat dari wajahnya sudah menginjak 60 tahun ke atas, garis wajah nya keriput menandakan kerentaan nya, kembali ku lirik gadis cantik di dekat nya, fokus sekali ku memandang nya. Selalu ku gairah kan mata ku dengan melirik wanita cantik di sebelah nenek gembel tua renta peyot ini. “ Kampret juga nih cewe “ bathin ku.
“ Nek, mao ke mana “ ?
“ Nyari duit...” Jawab nya ketus, sialan juga juga nih nenek peyot, di tanya-baik-baik malah ngomel.
Emang nya engga punya anak nek ? “
Bawel bener luh, jangan banyak tanya...!!! “ luh kasih Seribu, baru gua jawab “, gadis yang di tadi ku tatap, merogoh kantong nya, kemudian memberikan uang seribu rupiah, sambil menggerak kan tangan nya, se olah memberi isyarat kepada ku untuk bertanya. Telunjuk jari ku menunjuk diri ku, sendiri seolah meyakin ka diri, bahwa aku di minta untuk bertanya kepada nenek tua gembel, peyot tadi, sambil tersenyum manis ia menganggukan kepala nya, tanda meng iya kan, bahwa aku lah yang di suruh bertanya. Aku masih terdiam bingung “ Ehhmm, manusia di kereta ini seperti robot, di masukin koin baru ngomong, peradaban yang aneh, atau penyakit jiwa apa ini, fikir ku...!!!!”, Alis nya di taikan ke atas meng iya kan, bahwa aku di suruh bertanya, setelah ku yakin kan jari telunjuk ku berulang kali menunjuk diriku.
“ nek memang nya ga punya anak ?...
“ ga”,
singkat padat, jawaban nya, kembali nenek peyot itu terdiam, kemudian kembali wanita yang cantik itu memerikan uang seribu rupiah kembali, kemudian aku di persilakan bertanya kembali.
“ Rumah nya di mana ?...”
“ Ga punya “.
“ kenapa nenek mengemis sih ?...
“ Lapar “ .
Kejadian yang menyentak hati ku, kereta, nenek peyot dan wanita cantik.

Sabtu, 07 Agustus 2010

BSP



Saat kumasuk, ku tak pernah tahu, bahwa tempat itu namanya sekolah, bahkan pertama kali kudatang aku tak pernah tahu mau apa ?..ku juga tak pernah diberi tahu, bahwa hari ini, hari pertamaku mulai sekolah, hanya berharap, sekolah adalah tempat bermain yang mengasikkan dan tempat banyak mengenal teman-teman baruku. Bingungpun tidak, ku hanya datang menuruti apa yag diperintahkan datang oleh Ibuku. Anak kecil sesusiaku 6 Tahun, berada sendiri, ditempat yang asing, sekolah namanya, jauh dari rumah, sekolah kala itu yang kualami tak seperti, sekarang ini, seperti anak-anak Taman Kanak, dibekali makanan, di antar ke sekolah. Membaca, menulis dan buku…tak pernah kukenal dalam kamus hidupku kala itu, main dan mengasikan itu yang ada dikepalaku, ku hanya menganggap Aku terperangkap dalam sekolah yang memenjarakan untuk berhenti bermain dengan asik.

Satu tahun kumulai mengenal tulisan, akupun tak mengingat, satu tahun itu kuhabiskan untuk apa, tak pernah terekam dalam otakku, hanya yang kuingat kala itu, Aku berak dicelana, ya pertama kali aku masuk sekolah. Ku baru sedikit menyadari, kala itu, kalau sekolah itu punya aturan, untuk tinggal kelas, bukan main marahnya Ibuku kala itu, setiap hari ku dipaksa menuruti kemauan Ibuku untuk belajar membaca, menulis dan  berhitung, menggunakan batang lidi yang dipotong kecil-kecil. Sangat membosankan dan tidak mengenakan. Penjara itu bernama sekolah, tuhan kecil, seperti pabrik mencetak manusia untuk membaca symbol-simbol peradaban yang telah diciptakan para pendahulu, sekolah hanyalah, membaca, menulis dan menghitung, tidak lebih dari itu, lalu apa bedanya dengan orang yang tidak sekolah, kalau Ia membaca, menulis dan menghitung, Ilmiah atau tidak Ilmiah, pengetahuan atau ilmu pengetahuan, berpendidikan atau tidak berpindidikan…?!!! Hampir 7 tahun kulewati di sekolah dasar, membaca, menulis dan berhitung mulai kumengerti sedikit sedikit walau didasari keterpaksaan, lantaran tak naik kelas, kujalani hari-hari disekolah.

Orang Depok

Crew bengkelwarnakomunika

petruk

Jaya 01

Selasa, 03 Agustus 2010

Sialan

Delapan kali gue dijeblosin" kampret nih penyakit" dalam hatinya. Sambil mendorong keras Badrun kepojokan sel penjara, Badrun menahan rasa sakitnya akibat di gebukin siang tadi " sialan...!!! eluh lagi-eluh lagi Drun...emang nya kaga kapok luh, delapan kali keluar masuk. " dengan sedikit menahan rasa sakit sakit Badrun menjawab" apanya yang kapok Mar, keahlian gue cuma nyopet, resiko lah kalo keluar masuk...

sorot creative media

Ondel-ondel